Selasa, 14 Juli 2009

Thinner (pengencer)
Thinner adalah bahan yang berfungsi untuk mengencerkan bahan-bahan finishing supaya menjadi suatu campuran yang encer dan dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan. Bahan finishing yang murni baik itu pigmen atau campuran resin biasanya berupa bahan padat atau pasta yang sangat kental dan sangat sulit untuk dicampur atau diaplikasikan tanpa diencerkan lebih dulu. Fungsi utama thinner adalah untuk menurunkan viskositas (viscosity) bahan finishing supaya dapat diaplikasikan dengan mudah. Spray gun, baik yang manual atau otomatis yang merupakan alat utama dalam aplikasi bahan finishing hanya dapat mengaplikasikan bahan finishing dengan batasan viskositas tertentu saja. Karena itu suatu bahan finishing perlu dienceri dengan thinner supaya viskositasnya turun dan dapat memenuhi spesifikasi dari spray gun tersebut.
Selain untuk menurunkan viskositas, thinner juga berfungsi untuk mengatur sifat-sifat dari bahan finishing sehingga dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya untuk mengatur kecepatan pengeringan bahan finishing, daya penetrasi dari bahan finishing ke dalam kayu, flow dari bahan finishing dan lain-lain. Untuk bahan finishing yang diaplikasikan dengan alat jenis spray gun elektrostatis, thinner dibuat khusus supaya campuran bahan dapat mempunyai muatan listrik dan mempunyai gaya elektrostatis yang dibutuhkan. Thinner juga dipakai untuk menentukan ketebalan dari lapisan finishing yang diaplikasikan dengan cara mengatur perbandingannya dengan bahan finishing yang diencerkannya.

Bahan-bahan thinner
Thinner dibuat dari campuran antara solvent (pelarut), pelarut laten (latent solvent) dan diluent. Solvent (pelarut) adalah bahan yang berfungsi untuk melarutkan suatu bahan finishing. Misalnya solvent untuk nitrocellulose adalah: m.e.k (methyl ethyl ketone), aceton dan butyl acetate. Sedangkan latent solvent adalah bahan yang membantu melarutkan apabila dicampur dengan solvent. Latent solvent ini tidak dapat melarutkan bahan apabila tidak dicampur dengan solvent, contoh latent sovent untuk nitrocellulose adalah methanol, isopropil alcohol dan isobutil butanol. Karena solvent dan latent solvent itu biasanya harganya mahal maka dalam thinner juga ditambahkan bahan lain yang dinamakan diluent, yaitu bahan yang saling melarutkan dengan solvent tetapi sebenarnya tidak dapat melarutkan bahan finishing. Diluent ini biasanya merupakan bahan-bahan yang murah dan ditambahkan pada campuran thinner untuk menurunkan harga thinner tersebut. Bahan yang dapat dipakai untuk solvent, latent solvent dan diluent ini sangat tergantung pada jenis bahan finishing yang diencerkannya.
Sealer dan top coat merupakan campuran dari berbagai resin dengan 1 atau lebih resin yang merupakan bahan utama, ditambah dengan beberapa zat-zat additive (tambahan). Komposisi campuran resin dan additive ini berbeda-beda tergantung dari jenisnya (polyurethane, nitrocellulose, acid curing, acrylic, alkyd, vynil, dan lain-lain) dan berbeda-beda pula untuk tiap merknya. Sedangkan stain merupakan campuran antara pigmen dan binder yang berbeda-beda pula untuk tiap jenis dan merknya. Karena itu setiap jenis top coat, sealer, stain sebenarnya membutuhkan thinner yang berbeda-beda. Pemilihan thinner juga harus menyesuaikan dengan cara aplikasi bahan finishing tersebut, misalnya dicelup, dispray, dikuas, dan lain-lain. Selain itu pemilihan thinner juga harus melihat bagaimana kondisi di tempat proses finishing itu dikerjakan misalnya bagaimana suhu udara, kelembaban udara, kecepatan produksi yang diinginkan, proses finishing yang dikerjakan, fasilitas finishing yang tersedia dan lain-lain.
Thinner ini nanti akan menguap seluruhnya pada saat proses pengeringan bahan finishing dan tidak ada yang tertinggal pada lapisan finishing. Karena itu ada juga yang mengatakan bahwa thinner ini adalah bahan yang berfungsi sebagai vehicle yaitu seperti kendaraan yang membawa bahan finishing ke tempat yang dilapisinya. Karena itu pada suatu proses finishing secara keseluruhan harus diusahakan supaya pemakaian thinner itu seminimal mungkin. Faktor ini harus dipertimbangkan dalam memilih thinner yang dipakai dalam suatu proses finishing. Untuk ilustrasi mungkin dapat dilihat kasus sebagai berikut:
Suatu bahan finishing A sejumlah 1 liter, untuk dapat diaplikasikan dengan baik bahan tersebut membutuhkan viskositas tertentu. Apabila dienceri dengan menggunakan thinner B, membutuhkan thinner B sebanyak 1 liter.. sedangkan apabila digunakan thinner C membutuhkan thinner C sebanyak 2 liter untuk memperoleh viskositas yang sama.

Bahan A = 0.5 liter
Bahan B ( thinner) = 0.5 liter






Campuran 1

Pada saat aplikasi pada permukaan seluas 1m2, maka :
Tebal permukaan finishing =
=
= 0.0005 mm






Bahan A =
0.3333 liter


Bahan C (thinner) = 0.6667 liter





Campuran 2.

Pada saat aplikasi pada permukaan seluas 1m2, maka
Tebal lapisan finishing =
= 0.00033 mm.
Untuk mendapatkan hasil lapisan finishing yang sama dengan campuran 1, diperlukan campuran 2 sebanyak = x 1 l = 1.6667 l .
Thinner C yang dibutuhkan adalah sebanyak = 1.6667 l – 0.5 l = 1.1667 l.
Jadi dengan bahan finishing yang sama, dengan jumlah bahan yang sama dan hasil pelapisan bahan finishing yang sama, apabila digunakan thinner B membutuhkan thinner B sebanyak 0.5 liter, sedangkan apabila digunakan thinner C membutuhkan thinner C sebanyak 1.1667 liter (lebih banyak dari 2x thinner B).
Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa pada saat memilih thinner untuk suatu bahan finishing harus dilakukan dengan hati-hati dan dihitung sebaik-baiknya untuk mendapatkan biaya bahan finishing yang lebih murah. Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa dengan penambahan thinner yang semakin banyak, maka biaya bahan finishing akan semakin sedikit, karena harga thinner yang lebih murah dibandingkan dengan harga bahan finishing. Tetapi dengan melihat ilustrasi tersebut, maka dapat dilihat bahwa pendapat tersebut ternyata tidak selalu benar.
Meskipun hanya merupakan suatu vehicle (pembawa), thinner mempunyai peran yang sangat besar pada proses finishing. Ada banyak pengaturan yang bisa dilakukan pada suatu proses finishing hanya dengan modifikasi dan pemilihan thinner. Sebaliknya juga ada banyak masalah finishing bisa terjadi hanya karena pemilihan thinner yang kurang tepat. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas thinner adalah jumlah diluent yang ditambahkan pada thinner. Apabila diluentnya terlalu banyak (biasanya supaya harganya menjadi murah), maka kualitas thinner akan menjadi kurang baik. Cara yang mudah untuk melihat kualitas thinner adalah dengan melihat efek pencampurannya pada bahan yang diencerkannya. Thinner yang baik akan dapat menurunkan viskositas bahan dengan cepat hanya dengan penambahan sedikit thinner saja, sebaliknya thinner dengan kualitas yang kurang baik akan membutuhkan jumlah thinner yang lebih banyak untuk dapat menurunkan viskositas bahan yang diencerinya.

Tips dalam Pemilihan Thinner
1. Perhatikan bahan finishing yang diencerkannya, pastikan bahwa campuran thinner mempunyai jumlah solvent dan latent solvent yang cukup.
2. Perhatikan faktor-faktor produksi yang lain seperti: cara aplikasi, fasilitas yang tersedia, kecepatan produksi, kualitas dan penampilan finishing yang diinginkan.
3. Lakukan dulu percobaan dan test dalam skala kecil dahulu sebelum mengaplikasikan pada skala produksi yang lebih besar.
4. Perhatikan juga masalah lingkungan terutama suhu udara, kelembaban udara dimana proses finishing dilakukan.
5. Perhatikan juga masalah polusi yang dihasilkan.